Dari Semarang Menuju Jepara, Demi Lebih Dekat dengan Kafilah MQK dari Semua Penjuru Nusantara
Sunday, December 3, 2017
Add Comment

Semarang, 2/12/2017 . Hari ini merupakan acara inti perjalannanku dari Surabaya menuju ke Semarang, yakn acara kompasiana Coverage MQK 2017 di Jepara. Ribet amat yak acaranya di Jepara ngumpulnya di Semarang, tapi itulah sebuah janji dan ketentuan dari panitia acaranya.
Pagi itu sekitar pukul 09.10
rombongan Kompasiana yang akan coverage MQK 2017, sudah masuk ke dalam bis yang
terpakir di depan hotel Expresse inn, Semarang.
Setelah memastikan peserta lengkap maka bus pun dinyalakan dan siap
untuk melakukan perjalanan ke Jepara, tepatnya di pondok Rodloutul Mubtadiin,
Balekambang, . Total peserta yang berkumpul di Semarang ada 16 orang, ditambah
3 dari kompasiana dan juga pak sopir serta keneknya. Perjalanan pun dimulai dan di awali dengan
doa semoga lancar dan selamat sampai tujuan. Awalnya perjalanan lancar-lancar
saja namun terjadi macet lumayan parah saat bus mulai melewati pertigaan genuk
karena banjir rob , sehingga perjalanan terganggu. Dan terlihat di pinggir
jalan, terlihat beberapa banner ucapan selamat datang kepada Kafilah MQK Nasional VI Tahun 2017, dari
Menteri Agama dan Bupati Semarang. Menyinggung soal MQK, apa itu MQK?
Sedikit Kata Yang Menggambarkan MQK ?

Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK)
merupakan lomba membaca dan memahami isi kandungan kitab kuning tingkat
nasional. Tahun 2017 ini merupakan penyelanggaraan keenam kalinya, Pondok
Pesantren Raudlatul Mubtadiin Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah,
dipilih sebagai tuan rumahnya. MQK tahun 2017 ini mengusung tema “Dari
Pesantren untuk Penguatan Karakter dan Kepribadian Bangsa’”.
Dengan tema ini diharapkan mengingatkan kita dengan keberadaan Pesantren
sebagai lembaga pendidikan paling authentik yang lahir dari bumi pertiwi, jauh
lebih awal sebelum bangsa ini merdeka. MQK merupakan agenda 3 tahunan yang
diselenggarakan Kementerian Agama.
Ada tiga perlombaan pokok dalam MQK.
Pertama, lomba
membaca, menerjemahkan, dan memahami kitab kuning. Total ada 25 bidang yang
akan dikompetisikan dan terbagi dalam tingkatan, yaitu: dasar, menengah, dan
tinggi.
- Untuk marhalah ula (tingkat dasar), ada lima bidang lomba, yakni: Fiqh, Nahwu (gramatika Bahasa Arab), Akhlak, Tarikh (sejarah), dan Tauhid. “Marhalah ula diikuti santri yang sudah berada di pesantren minimal satu tahun, dan berusia maksimal lima belas tahun kurang sehari,”
- Untuk marhalah wustha (tingkat menengah), ada sembilan bidang lomba, yakni: Fiqh, Nahwu (gramatika Bahasa Arab), Akhlak, Tarikh (sejarah), Tafsir, Hadis, Ushul Fiqh, Balaghah, dan Tauhid. Bidang ini diikuti para santri yang sudah menetap minimal 1 (satu) tahun di pondok pesantren dengan usia maksimal 18 tahun kurang sehari.
- Sedang untuk marhalah ulya (tingkat tinggi), ada 11 bidang lomba. Selain sembilan bidang lomba seperti yang dilombakan pada tingkat menengah, dua lainnya adalah bidang Ilmu Tafsir dan Ilmu Hadis. “Marhalah ulya ini akan diikuti santri yang sudah mukim di pesantren minimal satu tahun, dan berusia maksimal 21 tahun kurang sehari,”
Kedua, lomba debat konstitusi berbasis kitab kuning. Lomba ini akan
menggunakan Bahasa Arab dan Inggris.
Ketiga, Eksibisi,
yaitu pertunjukkan atraktif tentang nazham kitab populer di pondok pesantren
yang diisi oleh Tim (maksimal 5 orang) dari setiap kafilah. Nazham yang akan
ditampilkan antara lain dari kitab
Alfiyah Ibn Malik (kitab berisi 1000 bait syair tentang ilmu gramatika
Bahasa Arab).
Lanjut Perjalanan …

Tak terasa sejam lebih untuk
melewati jalanan yang tergenang air dan jalan yang kini dilewati tak nampak
lagi ada airnya. Saya melihat di depan sudah ada papan penanda mulai memasuki
wilayah Demak. Alhamdulillah, ucap saya dalam hati. Perjalanan dilanjutkan
menuju jepara. Sebelum sampai di lokasi bus berhenti sejenak untuk menjemput
kompasianer yang berkumpul di Pasar Mayong, disana ada sekitar 6 kompasianer
yang sudah menunggu. Setelah semuanya masuk ke dalam bus akhirnya bus
melanjutkan perjalanan ke Pondok Roudlotul Mubtadiin. Alhamdullillah kami sampai
disana sekitar pukul 12.10 WIB. Setelah sampai kami dipersilakan masuk
istirahat sejanak serta melakukan Shalat di Media Center. Setelah selesai
shalat kami dipertemukan dengan Bapak Muhtadin selaku Humas Direktorat
Jendral Pendidikan Islam, Kementerian Agama.
Sepatah, Duapatah Kata dari Pak Muhtadin

Pak Muhtadin membuka perkatannya
dengan ucapan ‘Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh’, setelah itu juga mengucapkan selamat datan
kepada para kompasianer serta ucapan terimakasih sudah berkenan datang ke Acara
MQK 2017 di Jepara ini. Lalu beliau mengatakan, MQK Nasional kali ini merupakan
suatu momentum mengenalkan kepada seluruh kalangan bahwa, belajar tentang agama
Islam itu idealnya harus melalui pesantren atau majelis Ilmu yang istiqomah.
Karena di pesantren diajarkan mengkaji terutama melalui kitab kuning oleh seorang ustadz bahkan Kyai
pemilik pondok pesantren itu sendiri, bukan asal belajar dari internet yang
tidak jelas guru dan sanadnya.
Melalui proses pembelajaran kitab
kuning di Pesantren, karena ada orang yang ahli di bidangnya akan memudahkan
untuk senantiasa bertanya apabila ada masalah yang belum difahami. Dengan
begitu, kita akan memahami Islam secara mendalam dan tidak mudah terjerumus ke
dalam Islam konservatif, radikal dan gampang menyalahkan atau mengkafirkan orang
lain. Selain itu dalam mempelajari kitab kuning di pesantren di bekali ilmu
Nahwu dan shorof yang mempelajari bahasa arab, gramtikal arab dan
perbedaan-perbedaan makna, hingga sastra yang terkandung di dalamnya. Karena jumlah
kitab kuning yang banyak tidak mungkin bisa satu-persatu diajarkan di
Pesantren. Sehingga apabila sudah mempelajari dan faham benar akan Ilmu Nahwu dan Shorof diharapkan par santri dapat mempelajari secara mandiri
bahkan bisa juga mengajarkannya kepada orang lain.
Dan yang terjadi saat ini adalah
banyak orang yang baru saj membaca satu hadis lantas mengunggahnya di Media
Sosial dan menyalah-nyalahkan golongan yang lainnya. Padahal belum tahu
bagaimana keshahihan hadist tersebut diriwayatkan dari siapa dan juga sanadnya siapa. Dan tentunya belum tahu
juga asal mula hadist itu ada dan dalam peristiwa apa. Hal inilah yang ingin
dicegah atau minimal dikurangi oleh Kementerian Agama melalui MQK ini. Ada
harapan dari penyelenggaraan MQK ini supaya kelak kafilah MQK yang terdiri dari
ribuan santri ini dapat menyebarkan atau mengajarkan kepada masyarakat untuk
lebih mengenal Islam yang Rahmatan Lil
‘Alamiin.
Dan terjadi beberapa kali Tanya
jawab antara Pak Muhtadin dan Kompasianer yang ada setelah beliau memaparkan
sesuatu hal mengenai pesantren, kitab kuning, dan fenomena yang terjadi
masyarakat saat ini. Setelah itu kompasianers dipersilakan untuk melihat
penyelenggaraan MQK 2017 di Jepara ini, sembari melaporkannya melalui media
social Twitter dan Instagram.

Kembali ke Media Center
Setelah kurang lebih Tiga jam
keliling di seputaran Pondok Pesantren Raudhatul Mubtadiin, Balekambang, Jepara
untuk mengeksplorasi acara MQK 2017, akhirnya para kompasianer kembali ke Media
Center. Disana ada yang lagi tiduran melepas penat, posting instagram dan
twitter, dan saya memilih untuk mengambil air wudlu lalu menunaikan shalat
ashar. Seteleh selesai shala terlihat rombongan sudah mulai berkumpul. Hadir
pula ditengah kami, salah satu dewan hakim Marhalah
Ulya bidang Fiqih Dr. Abdul Moqsit Ghazali.

Beliau menjelaskan, pemilihan
dewan hakim dalam perhelatan MQK 2017 ini dibuat berjenjang menurut tingkat
kepakaran dan kemampuan pada bidangnya. Misalnya, untuk juri di bidang fiqih
diambil dari ustadz atau kyai yang ahli Fiqih, untuk juri di bidang Nahwu
diambil dari ustadz atau Kyai yang ahli Ilmu Nahwu, dan begitu juga bidang
lainnya. Karena penyelenggara yakin, bahwa tidak ada manusia yang sempurna
pengetahuannya di semua bidang. Dengan dewan juri yang ahli dalam
bidangnya diharapkan pada saat melakukan penilaian bisa didapatkan sesuatu yang
objektif dan bagus. Sebelum menjadi Dewan Juri meraka juga di sumpah supaya
berlaku adil dan tidak berat sebelah..
Beliau juga menjelaskan dalam
perhelatan MQK 2017 kali ini tidak hanya diikuti oleh laki-laki saja, melainkan
juga perempuan. Dari peserta perempuan inilah nantinya diharapkan kader-kader
ulama perempuan yang kemampuan dan ilmunya melebihi ustadzah nasional saat
ini. Dengan begitu kelak ketika mereka telah lulus dari Pondok Pesantren,
mereka mampu mengajarkan agama Islam yang Rahmatan
Lil ‘Alamiin kepada masyarakat sekitarnya, serta menjadi teladan.
Setelah mendengarkan beberapa
pemaparan dai pak Abdul Moqsit Ghazali, saatnya penutupan. Dan penutupan
dilakukan secara simbolis dengan menyerahkan cidera mata dari Kompasiana ke
Kementerian Agama.

Saatnya Kembali Ke Semarang
Langit Jepara perlahan mulai
menguning dan menuju gelap, para kompasianer pun segera bergegas menuju bus
yang telah siap sedia memacu gasnya untuk kembali ke kota semarang. Akan tetapi
sebelum naik bus alangkah baiknya mengabadikan momen kebersamaan bersama
Kompasianer ini dalam sebuah jepretan foto berlatarkan langit Jepara. Dan
inilah bukti kebersamaan para Kompasianer Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jakarta
dalam bidikan Kamera. Sebuah kebersamaan yang singkat namun syarat akan makna.
Semoga bisa dipertemukan di lain kesempatan.

Tuan Rumah Menjadi Juara Umum

Sekian dari saya semoga tulisan ini bermanfaat, dan maaf
apabila ada kesalahan kata, atau penulisan nama. Apabila ada kata atau gambar
yang kurang berkenan sekiranya bisa dituangkan dalam kolom komentar atau pesan
pribadi. Terimakasih dan sampai jumpa di lain tulisan.
0 Response to "Dari Semarang Menuju Jepara, Demi Lebih Dekat dengan Kafilah MQK dari Semua Penjuru Nusantara"
Post a Comment