-->

Dari Semarang Menuju Jepara, Demi Lebih Dekat dengan Kafilah MQK dari Semua Penjuru Nusantara

Dari Semarang Menuju Jepara, Demi Lebih Dekat dengan Kafilah MQK dari Semua Penjuru Nusantara

Semarang, 2/12/2017 . Hari ini merupakan acara inti perjalannanku dari Surabaya menuju ke Semarang, yakn acara kompasiana Coverage MQK 2017 di Jepara. Ribet amat yak acaranya di Jepara ngumpulnya di Semarang, tapi itulah sebuah janji dan ketentuan dari panitia acaranya. 

Pagi itu sekitar pukul 09.10 rombongan Kompasiana yang akan coverage MQK 2017, sudah masuk ke dalam bis yang terpakir di depan hotel Expresse inn, Semarang.  Setelah memastikan peserta lengkap maka bus pun dinyalakan dan siap untuk melakukan perjalanan ke Jepara, tepatnya di pondok Rodloutul Mubtadiin, Balekambang, . Total peserta yang berkumpul di Semarang ada 16 orang, ditambah 3 dari kompasiana dan juga pak sopir serta keneknya.  Perjalanan pun dimulai dan di awali dengan doa semoga lancar dan selamat sampai tujuan. Awalnya perjalanan lancar-lancar saja namun terjadi macet lumayan parah saat bus mulai melewati pertigaan genuk karena banjir rob , sehingga perjalanan terganggu. Dan terlihat di pinggir jalan, terlihat beberapa banner ucapan selamat datang kepada  Kafilah MQK Nasional VI Tahun 2017, dari Menteri Agama dan Bupati Semarang. Menyinggung soal MQK, apa itu MQK?

Sedikit Kata Yang Menggambarkan MQK ?


Poster MQK 2017 (dari Penyelenggara MQK)

Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) merupakan lomba membaca dan memahami isi kandungan kitab kuning tingkat nasional. Tahun 2017 ini merupakan penyelanggaraan keenam kalinya, Pondok Pesantren Raudlatul Mubtadiin Kabupaten Jepara,  Propinsi Jawa Tengah, dipilih sebagai tuan rumahnya. MQK tahun 2017 ini mengusung tema “Dari Pesantren untuk Penguatan Karakter dan Kepribadian Bangsa’”.

Dengan tema ini diharapkan mengingatkan kita dengan keberadaan Pesantren sebagai lembaga pendidikan paling authentik yang lahir dari bumi pertiwi, jauh lebih awal sebelum bangsa ini merdeka. MQK merupakan agenda 3 tahunan yang diselenggarakan Kementerian Agama.

Ada tiga perlombaan pokok dalam MQK.
Pertama, lomba membaca, menerjemahkan, dan memahami kitab kuning. Total ada 25 bidang yang akan dikompetisikan dan terbagi dalam tingkatan, yaitu: dasar, menengah, dan tinggi.

  • Untuk marhalah ula (tingkat dasar), ada lima bidang lomba, yakni: Fiqh, Nahwu (gramatika Bahasa Arab), Akhlak, Tarikh (sejarah), dan Tauhid. “Marhalah ula diikuti santri yang sudah berada di pesantren minimal satu tahun, dan berusia maksimal lima belas tahun kurang sehari,”
  • Untuk marhalah wustha (tingkat menengah), ada sembilan bidang lomba, yakni: Fiqh, Nahwu (gramatika Bahasa Arab), Akhlak, Tarikh (sejarah), Tafsir, Hadis, Ushul Fiqh, Balaghah, dan Tauhid. Bidang ini diikuti para santri yang sudah menetap minimal 1 (satu) tahun di pondok pesantren dengan usia maksimal 18 tahun kurang sehari.
  • Sedang untuk marhalah ulya (tingkat tinggi), ada 11 bidang lomba. Selain sembilan bidang lomba seperti yang dilombakan pada tingkat menengah, dua lainnya adalah bidang Ilmu Tafsir dan Ilmu Hadis. “Marhalah ulya ini akan diikuti santri yang sudah mukim di pesantren minimal satu tahun, dan berusia maksimal 21 tahun kurang sehari,”

Kedua, lomba debat konstitusi berbasis kitab kuning. Lomba ini akan menggunakan Bahasa Arab dan Inggris.

Ketiga, Eksibisi, yaitu pertunjukkan atraktif tentang nazham kitab populer di pondok pesantren yang diisi oleh Tim (maksimal 5 orang) dari setiap kafilah. Nazham yang akan ditampilkan antara lain dari kitab  Alfiyah Ibn Malik (kitab berisi 1000 bait syair tentang ilmu gramatika Bahasa Arab).

Lanjut Perjalanan …


Suasana di dalam bus (dok : mbak dewi)

Tak terasa sejam lebih untuk melewati jalanan yang tergenang air dan jalan yang kini dilewati tak nampak lagi ada airnya. Saya melihat di depan sudah ada papan penanda mulai memasuki wilayah Demak. Alhamdulillah, ucap saya dalam hati. Perjalanan dilanjutkan menuju jepara. Sebelum sampai di lokasi bus berhenti sejenak untuk menjemput kompasianer yang berkumpul di Pasar Mayong, disana ada sekitar 6 kompasianer yang sudah menunggu. Setelah semuanya masuk ke dalam bus akhirnya bus melanjutkan perjalanan ke Pondok Roudlotul Mubtadiin. Alhamdullillah kami sampai disana sekitar pukul 12.10 WIB. Setelah sampai kami dipersilakan masuk istirahat sejanak serta melakukan Shalat di Media Center. Setelah selesai shalat kami dipertemukan dengan Bapak Muhtadin selaku Humas Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Kementerian Agama.

Sepatah, Duapatah Kata dari Pak Muhtadin


Bapak Muhtadin selaku Humas Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Kementerian Agama (dok.Pri)

Pak Muhtadin membuka perkatannya dengan ucapan ‘Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh’, setelah itu juga mengucapkan selamat datan kepada para kompasianer serta ucapan terimakasih sudah berkenan datang ke Acara MQK 2017 di Jepara ini. Lalu beliau mengatakan, MQK Nasional kali ini merupakan suatu momentum mengenalkan kepada seluruh kalangan bahwa, belajar tentang agama Islam itu idealnya harus melalui pesantren atau majelis Ilmu yang istiqomah. Karena di pesantren diajarkan mengkaji terutama melalui  kitab kuning oleh seorang ustadz bahkan Kyai pemilik pondok pesantren itu sendiri, bukan asal belajar dari internet yang tidak jelas guru dan sanadnya.  

Melalui proses pembelajaran kitab kuning di Pesantren, karena ada orang yang ahli di bidangnya akan memudahkan untuk senantiasa bertanya apabila ada masalah yang belum difahami. Dengan begitu, kita akan memahami Islam secara mendalam dan tidak mudah terjerumus ke dalam Islam konservatif, radikal dan gampang menyalahkan atau mengkafirkan orang lain. Selain itu dalam mempelajari kitab kuning di pesantren di bekali ilmu Nahwu dan shorof yang mempelajari bahasa arab, gramtikal arab dan perbedaan-perbedaan makna, hingga sastra yang terkandung di dalamnya. Karena jumlah kitab kuning yang banyak tidak mungkin bisa satu-persatu diajarkan di Pesantren. Sehingga apabila sudah mempelajari dan faham benar akan Ilmu Nahwu dan Shorof diharapkan par santri dapat mempelajari secara mandiri bahkan bisa juga mengajarkannya kepada orang lain.

Dan yang terjadi saat ini adalah banyak orang yang baru saj membaca satu hadis lantas mengunggahnya di Media Sosial dan menyalah-nyalahkan golongan yang lainnya. Padahal belum tahu bagaimana keshahihan hadist tersebut diriwayatkan dari siapa dan juga sanadnya siapa. Dan tentunya belum tahu juga asal mula hadist itu ada dan dalam peristiwa apa. Hal inilah yang ingin dicegah atau minimal dikurangi oleh Kementerian Agama melalui MQK ini. Ada harapan dari penyelenggaraan MQK ini supaya kelak kafilah MQK yang terdiri dari ribuan santri ini dapat menyebarkan atau mengajarkan kepada masyarakat untuk lebih mengenal Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamiin.

Dan terjadi beberapa kali Tanya jawab antara Pak Muhtadin dan Kompasianer yang ada setelah beliau memaparkan sesuatu hal mengenai pesantren, kitab kuning, dan fenomena yang terjadi masyarakat saat ini. Setelah itu kompasianers dipersilakan untuk melihat penyelenggaraan MQK 2017 di Jepara ini, sembari melaporkannya melalui media social Twitter dan Instagram.

Foto bareng Kompasianer Sebelum melihat lihat Keseruan MQK 2017 di Jepara (dok. Mbak Dewi)

Kembali ke Media Center

Setelah kurang lebih Tiga jam keliling di seputaran Pondok Pesantren Raudhatul Mubtadiin, Balekambang, Jepara untuk mengeksplorasi acara MQK 2017, akhirnya para kompasianer kembali ke Media Center. Disana ada yang lagi tiduran melepas penat, posting instagram dan twitter, dan saya memilih untuk mengambil air wudlu lalu menunaikan shalat ashar. Seteleh selesai shala terlihat rombongan sudah mulai berkumpul. Hadir pula ditengah kami, salah satu dewan hakim Marhalah Ulya bidang Fiqih Dr. Abdul Moqsit Ghazali. 

salah satu dewan hakim Marhalah Ulya bidang Fiqih Dr. Abdul Moqsit Ghazali.(berbaju Batik) dok. Pri

Beliau menjelaskan, pemilihan dewan hakim dalam perhelatan MQK 2017 ini dibuat berjenjang menurut tingkat kepakaran dan kemampuan pada bidangnya. Misalnya, untuk juri di bidang fiqih diambil dari ustadz atau kyai yang ahli Fiqih, untuk juri di bidang Nahwu diambil dari ustadz atau Kyai yang ahli Ilmu Nahwu, dan begitu juga bidang lainnya. Karena penyelenggara yakin, bahwa tidak ada manusia yang  sempurna  pengetahuannya di semua bidang. Dengan dewan juri yang ahli dalam bidangnya diharapkan pada saat melakukan penilaian bisa didapatkan sesuatu yang objektif dan bagus. Sebelum menjadi Dewan Juri meraka juga di sumpah supaya berlaku adil dan tidak berat sebelah..

Beliau juga menjelaskan dalam perhelatan MQK 2017 kali ini tidak hanya diikuti oleh laki-laki saja, melainkan juga perempuan. Dari peserta perempuan inilah nantinya diharapkan kader-kader ulama  perempuan yang kemampuan dan ilmunya melebihi ustadzah nasional saat ini. Dengan begitu kelak ketika mereka telah lulus dari Pondok Pesantren, mereka mampu mengajarkan agama Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamiin kepada masyarakat sekitarnya, serta menjadi teladan.

Setelah mendengarkan beberapa pemaparan dai pak Abdul Moqsit Ghazali, saatnya penutupan. Dan penutupan dilakukan secara simbolis dengan menyerahkan cidera mata dari Kompasiana ke Kementerian Agama.

Mbak Dewi (Kompasiana) menyerahkan Cidera Mata ke Kementerian Agama

Saatnya Kembali Ke Semarang

Langit Jepara perlahan mulai menguning dan menuju gelap, para kompasianer pun segera bergegas menuju bus yang telah siap sedia memacu gasnya untuk kembali ke kota semarang. Akan tetapi sebelum naik bus alangkah baiknya mengabadikan momen kebersamaan bersama Kompasianer ini dalam sebuah jepretan foto berlatarkan langit Jepara. Dan inilah bukti kebersamaan para Kompasianer Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jakarta dalam bidikan Kamera. Sebuah kebersamaan yang singkat namun syarat akan makna. Semoga bisa dipertemukan di lain kesempatan.

Foto bersama sebelum kembali ke Semarang

Tuan Rumah Menjadi Juara Umum

Tapi sebagai penutup tulisan saya kali ini ijinkan saya menyampaikan kabar gembira bagi masyarakat Jawa Tengah. Dirilis dari akun instagram Pendidikan Islam Kementerian Agama bahwa Jawa Tengah berhasil menjadi Juara Umum dalam Pagelaran MQK 2017 ini. 


Sekian dari saya semoga tulisan ini bermanfaat, dan maaf apabila ada kesalahan kata, atau penulisan nama. Apabila ada kata atau gambar yang kurang berkenan sekiranya bisa dituangkan dalam kolom komentar atau pesan pribadi. Terimakasih dan sampai jumpa di lain tulisan.

0 Response to "Dari Semarang Menuju Jepara, Demi Lebih Dekat dengan Kafilah MQK dari Semua Penjuru Nusantara"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel